Fitrah seksualitas
Fitrah seksualitas itu harus dirawat. Begitulah yang kuingat dari tulisan ustad Harry Santoso. Hal yg kusampaikan ini adalah kepingan-kepingan materi yang masih terekam di kepalaku.
Peran ayah dan ibu dalam merawat fitrah seksualitas itu teramat penting. Kenapa tidak? Bila seorang anak lelaki tidak dekat/kurang dekat dengan ibunya, kelas ketika ia dewasa, anak tersebut tumbuh dan menjadi lelaki egois, kasar, tidak mau memahami perasaan perempuan, dan seterusnya. Perilaku ini bisa menyebabkan dampak bagi keluarga atau istrinya kelak.
Lalu bagaimana dengan anak perempuan? Anak perempuan yang tidak dekat atau tidak dapat kehadiran sosok ayah dalam hidupnya, ia akan dengan mudah memberikan kehormatan dirinya kepada pria yang dia anggap bisa menggantikan sosok ayahnya.
Dalam hal ini, aku menyimpulkan bahwa peran ayah dan ibu dekat dengan anak itu 'harus' dan 'wajib'. Anak tetaplah anak, masa kecilnya harus dirawat dengan kasih sayang. Peran ayah bagi anak laki-lakinya setidaknya 75% dan peran ibu 25% ketika dia sudah dewasa. Anak laki-laki yang waktu kecilnya dekat dengan ibunya, ia akan menjadi laki-laki yg peduli dan mau memahami juga mudah menerima sikap perempuan.
Anak perempuan ketika beranjak remaja justru sebaiknya mendapatkan peran ibu 75% dan peran ayahnya 25%. Ketika kecil, anak perempuan harus dekat dengan ayahnya. Ketika pemenuhan cintanya terawat, dia mendapatkan sisi maskulinitas dari ayahnya. Ia menjadi lebih bijak dan tidak mudah tergoyahkan oleh lelaki lain. Karena ia sudah punya karakter panutan yg ia lihat pada ayahnya.
Komentar
Posting Komentar