Komunikasi Produktif #2
Temuanku hari ini
Hari banyak sekali tantangan komunikasi produktif yang kuhadapi.
Sebelumnya, waktu subuh curhatan sama Mbak Eni. Situasi kita sama yg dihadapi, gak punya orang target karena masih single, keluarga semua jauh. Sendirian di perantauan. Terus aku berbagi cerita tentang tantangan hari pertamaku, Alhamdulillah kita saling support.
Hingga paginya aku masih bingung mau berkomunikasi sama siapa. Dimulailah dengan chatt, aku hubungi Luis perihal tanda ceklis biru WA-nya yang dimatikan. Seharian tidak dia balas, tetapi aku tahu dia sudah baca. Hingga sore harinya dia tetap tidak balas. Pria satu ini, suka sekali semena-mena terhadapku. Setidaknya dikonfirmasi, itu yang kuinginkan.
Hingga malam harinya, aku menghubunginya kembali. Tetapi yang dibahas adalah topik lain. Topik lain yg juga turut menyulut emosiku. Aku berusaha tenang, ambil nafas, ambil jeda. Kemudian aku coba menarik energi positif ke diriku, tetap dengan intonasi yg menyenangkan. Terasa sulit sekali, terutama untukku yang sangat emosional. Aku terlalu mengedepankan perasaan, sejak awal kalau aku tidak suka sama pernyataan yg disampaikannya ingin cemberut saja dan merajuk kemudian dibujuk. Sayangnya, aku tak akan pernah dibujuk oleh lelaki satu ini. Bahkan dibiarkan saja begitu.
Aku mencoba tenang. Alhamdulillah untuk beberapa saat dia mulai terbuka sedikit, membicarakan kegiatannya. Aku mencoba mengungkit soal ceklis biru di WA, dan mencoba memasukkan keinginanku ke dirinya agar ia mau menurutinya. Ternyata gagal juga. Duh terlalu keras kepala dirinya.
Setidaknya ada kemajuan dari sesi latihanku dari ini. Yaitu kita mencoba saling menceritakan apa yg dipikirkan masing-masing, walau belum sampai di tahap solusi. Itu membuat clear rasa ingin tahuku, kekepoaan yg semburat ini. Hehe
Sesi latihan kali ini aku bertemu poin penting dari komunikasi produktif. Bersama Luis, aku harus mengawali pembicaraan yang ringan, fun terlebih dahulu. Dia tidak suka dibawa pusing saat pertama kali bicara. Aku harus belajar membawa diri energi positif duluan. Sebab kalau aku berhasil seperti itu, dia menjadi nyaman dan mau membicarakan isi hatinya. Dia mau lebih terbuka. Walau sedikit demi sedikit.
Padahal kemarin, aku hendak menantang diriku agar dia mau memenuhi keinginanku demi kebaikan. Ternyata belum sampai tujuan. Tak apa. Aku akan berusaha di lain waktu.
Untuk tantangan besok, aku belum tahu. Tapi rencananya aku mau menghubungi ibuku. Karena secara ikatan emosional, aku dan ibu belum terlalu dapat. Tapi besok aku berencana utk membawa energi bahagia ke ummi. Bismillaa ya.
Untuk hari ini, aku kasih ke diriku sendiri bintang 3. Yeaayy 3 Bintang 😅😅 🌟 🌟 🌟
Jujur, mengelola perasaan untuk lebih bijak memang membutuhkan waktu. Apalagi menjaga kewarasan / merasionalkan diri di situasi yang memantik luapan emosi negatif. Memang inilah proses belajar. Semangat Aliya!!! 💪💪
Komentar
Posting Komentar